Smart Tools Jadi Sorotan Rapat Evaluasi Program-Anggaran 2025 dan Proyeksi 2026

Perencanaan program kelembagaan idealnya berlandaskan prinsip SMART Tools (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time), yakni instrumen perencanaan yang memastikan setiap program disusun secara fokus, dapat diukur, realistis, relevan, serta dikelola dengan kerangka waktu yang efektif.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM), Muhammad Ali Ramdhani, saat membuka secara daring kegiatan Evaluasi Program dan Anggaran Tahun 2025 dan Proyeksi Tahun 2026 Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta, yang berlangsung pada 26 November 2025 di Hotel Salak The Heritage, Bogor.

Dalam pemaparannya, Kaban Dhani menjelaskan bahwa SMART Tools merupakan kaidah dasar yang mampu mengantarkan lembaga dari kondisi hari ini menuju kondisi masa depan yang lebih baik. Ia menegaskan bahwa setiap unsur dalam SMART harus hadir secara utuh dalam perumusan program.

Menurutnya, program yang baik harus dirancang secara spesifik, mulai dari penentuan fokus, sasaran penerima manfaat, hingga metodologi pelaksanaannya, sehingga lembaga bekerja tepat pada tugas dan fungsi tanpa melebar ke hal-hal di luar mandat. Selain itu, setiap program harus terukur, dengan ukuran dan parameter yang jelas dari input hingga capaian, agar evaluasi dapat dilakukan secara objektif.

Kaban Dhani menegaskan pentingnya menyusun program yang dapat dicapai, yakni mempertimbangkan kapasitas dan sumber daya yang tersedia, sehingga tidak menimbulkan beban program yang terlalu ambisius dan sulit diimplementasikan. Program harus relevan dengan tugas dan fungsi lembaga, selaras dengan ruang lingkup kerja, dan tidak memasuki domain instansi lain.

"Hindari membuat program yang menggunung di langit tetapi tidak bisa dilaksanakan," tegasnya.

Lebih jauh, Kaban Dhani menjelaskan bahwa perumusan program harus menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up, serta melibatkan partisipasi berbagai pemangku kepentingan. Pendekatan teknokratik juga diperlukan untuk memastikan seluruh rancangan sejalan dengan regulasi dan dokumen resmi seperti renstra.

Kaban Dhani juga menekankan aspek ketepatan waktu, mengingat masih sering terjadi fenomena penumpukan pekerjaan di akhir tahun. Ia mendorong penjadwalan yang lebih baik agar kegiatan dapat berjalan lebih proporsional dan terdistribusi secara merata sepanjang tahun.

"Saya berharap penjadwalan pekerjaan tidak menumpuk di akhir tahun agar kehadiran kita benar-benar dirasakan setiap saat," tandasnya.

Hal senada disampaikan juga oleh Kepala BLA Jakarta, Irhason, menurutnya forum ini penting sebagai ajang untuk mengevaluasi Perjanjian Kinerja (Perkin) serta menyusun proyeksi program tahun berikutnya. Dalam sambutannya, ia menekankan perlunya telaah berkala untuk memastikan konsistensi pemahaman dan pelaksanaan seluruh indikator.

"Kita perlu melakukan telaah atau evaluasi secara berkala, misalnya setiap semester, agar tidak terjadi perbedaan tafsir terhadap indikator atau target dalam Perkin maupun Renstra," ujar Irhason. Selain itu, Ia juga menegaskan bahwa penyusunan program tahun mendatang harus berpedoman pada renstra, perkin, serta tugas-fungsi lembaga.

Kegiatan evaluasi ini menjadi momentum penting bagi BLA Jakarta untuk memperkuat tata kelola program dan memastikan setiap langkah strategis pada tahun mendatang berjalan lebih terarah, terukur, dan selaras dengan mandat kelembagaan. Melalui penyamaan persepsi, evaluasi berkala, serta komitmen untuk menyusun program yang realistis dan relevan, BLA Jakarta diharapkan mampu meningkatkan kualitas kinerja secara berkelanjutan.